beginikah tampilan Auguste Comte
1. Tahap Teologi
Menurut Comte adalah tahap pertama dalam perkembangan pemikiran manusia bahwa ada sesuatu yang diluar jankauan yang memiliki kekuatan dan menguasai semuanya. Dalam tahap teologis ini pemikiran awal Comte terhadap pemikiran yaitu dimana ada benda yang memiliki suatu roh atau arwah yang diagungkan dan ini dinamakan Comte yaitu tahap fetisme. Dalam tahap ini memiliki contoh animisme dan dinamisme.
Lalu perkembangan pemikiran Comte pun juga menganggap bahwa ada kekuata yang berada di luar jangkauan yang memiliki kekuatan yang mengatur segala bidang manusia dengan beberapa yang mengaturnya. Pada tahap bisa dicontohkan seperti diceritakan sejarah Dewa-Dewa Nordik dan Yunani yang memiliki banyak dewa atau tuhanya. Hal ini adalah perkembangan atau kemajuan pemikiran manusia dalam hal ajaran dan kepercayaaan. Di Indonesiaa sendiri pemahaman ini atau pemikian ini pernah dipercayai oleh masyarakay Indonesia pada saat itu ketika masa sbelum penjajahan dan masa penjajahan terajadi
Pada tahap selanjutnya adalah politeisme yaitu adanya kepercayaan yang menyatakan bahwa tuhan itu satu dan itulah yang enjadi pengatur dan pengamat seluruh apa yang terjadi manusia dan dunia yang di buatnya yang bersifat monoteisme atau tunggal sebagai penguasa alam semesta.
Ketiga tahap yang memperlihatkan sistem kepercayaan manusia akan tuhan dan sebagainya, memiliki perkembangan yang awal dan tingkat akhir. Pada tahap fetisme dan juga pada tahap Politeisme adanya pemikiran akan tuhan yang sangat awam dan menurut penulis adalah primitif yang mana mmepercayai benda-benda dan tuhan yang banayak dalam mengatur semuanya.
Sedangkan pada tahap akhir yang mempercayai tuhan itu monoteisme atau tunggal yang menguassai semua alam semesta karena dia kuat adalah pemikiran akan tuhan pada manusia yang menuju ke moderatan sampai saat ini dan pada ruang lingkup dunia daerah-daerah yang masih mempercayai tahap awal dan menegah pada tahap ini cukup sedikit atau mungkin hampir punah, dikarenakan pengaruh agama-agama yang berasal dari langit (samawi)
2. Tahap Matafisika
Pada tahap kedua ini adalaha tahap dimana metafisika atau kejadian-kejadian pada masa lalu yang dipikir adalah kekuatan yang berasal pada tuhan atau kekuatan dari luar nalar manusia. Maka Metafisika mengakalinya atau dimasukkan kedalam tahap logika manusia yang sebenarnya sesuai dengan peryataan diatas bahwa adanya zat yang maha kuasa yang mengerakkan semuanya.
Pada tahap ini menurut Comte dalam metafisika tahap kedua adalah sebuah hal yang abstrak. Abstrak yang bagaimana yaitu pada pemikiran bahwa alam semesta memiliki kuasa dari tuhan Monoteisme dicarikan atau dilogika dengan akal sehat dan mmeberi nama dengan Abstrak. Maka timbullah pergeseran kepercayaan atau bisa dikategorikan sebagai kekurangan kepercayaan akan hal teologis yang berbau mistis.
Hal ini pun mempengaruhi pola pikir manusia pada zaman jika kita melihat pengetahuan-pengetahuan pada zaman sekarang dan dari teori ini pun. Banyak konflik yang terjadi antara kaum akademisi dan kaum teologis atau keagamaan. Hal ini pun penulis juga berasumsi bahwa sebenarnya hal yang ditemukan oleh Issac Newton dan ahli-ahli lainya adalah suatau pemberian nama pada hal-hal yang tidak bisa di jelaskan dengan penjabaran maka diabstraksilah hal-hal yang tidak dapat dijelaskan.
Hal ini pun mmebuat penulis bertanya apakah hal ini cuman pemberian nama dengan hal-hal yang tidak dapat dijabarkan seperti cahaya, atom, luka, bahagia, dan hal-hal lainya dengan bentuk atau sumber yang menjelaskan itu dari selain manusia? Maka diperlukan lah teologis atau ajaran-ajaran yang berasal atau turun dari Tuhan yang berkonsep Monoteisme, jika dari tuhan yang banyak maka itu akan menimbulkan kebingungan pada manusia itu sendiri.
3. Tahap Positif
Pada akhirnya kita pada taap terakhir dari 3 hukum oleh Auguste Comte yaitu tahap Positif. Tahap Positif ini sesuai dengan pengertian Postitivsme yang dijabarkan diatas bahwa Positivisme adalah pemikiran yang menggandal kan panca indera manusia dalam menjabarkan pemikiran alam semesta.
Dalam tahap ini juga Auguste Comte sebagai pendiri Positivisme ini adalah suatu hal yanga mana dari dua tahap yang dijabarkan di atas bahwa teologis pada zaman sekarang sudah tidak diperhitungkan lagi dan itulah yang sebenarnya. Pada zaman sekarang di Indonesia sekarang maupun dunia.
Comte juga mengatakan bahwa manusia juga membutuhkan abstraksinasi dari hal-hal yang yang dianggap ada kekuatan dari luar alam semesta. Comte pun mencoba membebaskan diri dari ketertutupan pemikiran untuk mendapatkan pemikiran yang begitu bebas yang mengharuskan empiris dan kritis.
Tetapi walaupun begitu Comte juga menginginkan teologis pada zaman sekrang sebagai penguat orang-orang atau bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki tujuan yang sama. Hal ini pun membuat Comte mengatakan secara tidak langsung bahwa Comte tidak membutuhkan “Agama Ketuhanan” melainkan membuat “Agama Baru“ sebagai tujuan penyatuan orang-orang kuat dengan satu tujuan.
Dengan agama baru ini pun diinginkan terbentuk sebagai media penyemangat, memotivasi, menibulkan ide baru, perasaan dan keimanan. Hal itu pun penulis anggap sebagai Agama Humanis yaitu agama yang bukan Tuhan adalah zat yang palin besar dan kuat tetapi Humanis (kemanusian ) itu sendiri
Keinginan Auguste Comte ini pun dianggap sebagai pembaruan dari zaman dahulu menjadi zaman baru dengan kemanusian pemuncaknya dalam tahap kekuatanya.
Bagi penulis sendiri dari 3 tahapan hukum adalah suatu pemaparan Comte akan kemanusian bukan yang mana itu sendiri sebagai penolong yang langsung turun ke dia, dan juga hal ini adalah suatu ketidak percayaan Comte akan kekuatan tuhan dalam pengubahan pilihan dan jalan hidupnya. Dia menggantukan hal itu berdasarka pemikiran yang bebas dan kritis. Hal ini juga menurut penulis suatu hal yang tidak dapat dikatakan suatu pergerakan yang memnbuat suatu orang akan memiliki pemikiran dan prinsip yang bebas.
Karena selayaknya manusia ada salah dan benar dan hal itu juga tidak boleh karena sebebas-bebasnya pemikiran dia akan salah jalan dalam memilih suatu tindakan atau pilihan jalan menuju suatu tujuan yang ingin dicapai agar tidak salah maka dibutuhkan kepercayaan akan ajaran tuhan. Tuhan tidak menyentuh langsung tapi memiliki kitab-kitab yang diturunkan pada orang yang menurut tuhan adalah pembaru dan pengerak.
Komentar
Posting Komentar